PemerintahanPeristiwaRagam

Kembangkan Call Center, DPPPA Kabupaten Bekasi Perangi KDRT!

CIKARANG, ilookbekasi.id

Kekerasan dalam rumah tangga rupanya tidaknya disebabkan oleh faktor perekonomian keluarga maupun tingkat pendidikan. Perselingkuhan pun menjadi salah satu pemicu terjadinya kekerasan yang menyebabkan perempuan dan anak sebagai korban.

Ironisnya, kekerasan tidak hanya terjadi karena terbongkarnya pengkhianatan istri oleh suami. Melainkan juga istri yang memergoki suami berselingkuh namun istri juga yang menjadi korban kekerasan. Sejauh ini, istri yang dinilai sebagai pihak yang lemah masih kerap menjadi korban.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bekasi, Ida Farida mengatakan, pihaknya terus memerangi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Salah satu dengan melakukan edukasi, baik pada suami maupun istri.

Selain itu, DPPPA berencana mengembangkan call center untuk memermudah pelaporan KDRT.

Dalam beberapa kasus yang ditangani, kata dia, istri yang mengalami kekerasan awalnya sering mencurahkan isi hatinya melalui media sosial. Dari curahan itu lantas mengundang simpati dari orang lain yang membuatnya nyaman hingga terjalin hubungan.

“Jadi memang salah satunya penyebabnya itu perselingkuhan. Maka dari itu, dari setiap penyuluhan dan sosialisasi kami tekankan sebisa mungkin korban kekerasan agar tidak curhat di media sosial karena dikhawatirkan muncul persoalan baru. Tidak hanya perselingkuhan, dikhawatirkan kopi darat dalam keadaan gamang kemudian dibawa lari. Untuk itu kami tengah membuat call center,” ucap dia, Selasa (18/6/2019).

Berdasarkan data DPPPA, kekerasan terhadap perempuan dan anak mengalami penurunan. Meski begitu, jumlahnya terbilang tinggi. Pada 2017, jumlah kekerasan mencapai 86 kasus dengan mayoritas korban di bawah usia 18 tahun (47 orang) dan sisanya di atas 18 tahun (39 orang).

Pada 2018, jumlah kekerasan menurun menjadi 55 kasus dengan korban di bawah 18 tahun sebanyak 21 orang dan korban dewasa 34 orang. Kendati menurun, jumlah tersebut masih terbilang tinggi. Terlebih, kata Ida, masih banyak korban yang engga melapor.

“Meski kasus masuk tapi fenomena seperti gunung es. Ada banyak yang enggan melaporkan, mereka takut kelangsungan hidupnya terancam. Namun, kami tetap mendorong perempuan untuk tetap kuat,” ucap dia. (try)***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.